Saturday 2 March 2013

Pengertian Supply Chain Manajemen dan Logistics Manajemen

Tidak jarang kita sering mengartikan bahwa Supply Chain Management dan Logistics Management mempunya pengertian yang sama, tetapi ada juga yang mengartikan bahwa SCM dan Logistics Management mempunyai pengertian yang berbeda. Pengertian ini tergantung dari masing-masing persepsi orang.

Pengertian dari Supply Chain Management dan Logistics Management
  1. Menurut Cristopher menyatakan bahwa Manajemen Logistik adalah "proses yang strategis mengelola pengadaan, pergerakan dan penyimpanan dari materal, suku cadang dan barang jadi ( beserta aliran informasi terkait ), melalui organisasi dan kanal-kanal pemasarannya, dalam cara di mana keuntungan perusahaan baik untuk saat ini maupun diwaktu yang akan datang dapat dimaksimalkan dengan cara pemenuan pesanan yang berbiaya efektif.
  2. Menurut Council of Logistics Management menyatakan bahwa logistik adalah bagian dari proses rantai pasok yang merencanakan, melaksanakan dan mengawasi aliran yang efisien dan efektif dan penyimpanan dari barang, layanan maupun informasi terkait, di antara tempat asal dan tempat konsumsi, dalam upaya untuk memenuho kebutuhan pelanggan.
  3. Menutuy UK Institute of Logistics and Transport menyatakan bahwa Suppaly Chain adalah koordinasi dari aliran material, informasi dan finansial diantara semua perusahaan yang berpartisipasi.
  4. Menurut Global Supply Chain menyatakan Manajemen Rantai Pasok adalah integrasi dari proses bisnis utama dari pemakai yang menyediakan produk, layanan dan informasi yang memberikan nilai tambah untuk para pelanggan dan para pemangku kepentingan ( stake holder ) lainnya.
Dari berbagai pemahaman di atas dapat disimpulkan adanya persamaan bahwa Manajemen Logistik maupun Supply Chain Manajemen menaruh perhatian terhadap aliran barang, jasa, informasi, dan finansial dari pemasok melalui perusahaan sampai ke end customer. Keduanya juga menaruh pada proses operasi yang efektif dan berbiaya efisien. 
Cakupan SCM dan Logistics Mangement

Saturday 27 October 2012

Metode Waterfall

Nama model ini sebenarnya adalah “Linear Sequential Model”. Model ini sering disebut dengan “classic life cycle” atau model waterfall. Model ini adalah model yang muncul pertama kali yaitu sekitar tahun 1970 sehingga sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling banyak dipakai didalam Software Engineering (SE).

Model ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing / verification, dan maintenance. Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan.

Tahap-tahap Model Waterfall Menurut Pressman

1. System / Information Engineering and Modeling.
 Permodelan ini diawali dengan mencari kebutuhan dari keseluruhan sistem yang akan diaplikasikan ke dalam bentuk software. Hal ini sangat penting, mengingat software harus dapat berinteraksi dengan elemen-elemen yang lain seperti hardware, database, dsb. Tahap ini sering disebut dengan Project Definition.

Software Requirements Analysis.
Proses pencarian kebutuhan diintensifkan dan difokuskan pada software. Untuk mengetahui sifat dari program yang akan dibuat, maka para software engineer harus mengerti tentang domain informasi dari software, misalnya fungsi yang dibutuhkan, user interface, dsb. Dari 2 aktivitas tersebut (pencarian kebutuhan sistem dan software) harus didokumentasikan dan ditunjukkan kepada pelanggan.

2. Design.
 Proses ini digunakan untuk mengubah kebutuhan-kebutuhan diatas menjadi representasi ke dalam bentuk “blueprint” software sebelum coding dimulai. Desain harus dapat mengimplementasikan kebutuhan yang telah disebutkan pada tahap sebelumnya. Seperti 2 aktivitas sebelumnya, maka proses ini juga harus didokumentasikan sebagai konfigurasi dari software.

3. Coding.
Untuk dapat dimengerti oleh mesin, dalam hal ini adalah komputer, maka desain tadi harus diubah bentuknya menjadi bentuk yang dapat dimengerti oleh mesin, yaitu ke dalam bahasa pemrograman melalui proses coding. Tahap ini merupakan implementasi dari tahap design yang secara teknis nantinya dikerjakan oleh programmer.

Metode Prototype

Prototyping merupakan salah satu metode pengembangan perangat lunak yang banyak digunakan. Dengan metode prototyping ini  pengembang dan pelanggan dapat saling berinteraksi selama proses pembuatan sistem.

Sering terjadi seorang pelanggan hanya mendefinisikan secara umum apa yang dikehendakinya tanpa menyebutkan secara detal output apa saja yang dibutuhkan, pemrosesan dan data-data apa saja yang dibutuhkan. Sebaliknya disisi pengembang kurang memperhatikan efesiensi algoritma, kemampuan sistem operasi dan interface yang menghubungkan manusia dan komputer. Untuk mengatasi ketidakserasian antara pelanggan dan pengembang , maka harus dibutuhakan kerjasama yanga baik diantara keduanya sehingga pengembang akan mengetahui dengan benar apa yang diinginkan pelanggan dengan tidak mengesampingkan segi-segi teknis dan pelanggan akan mengetahui proses-proses dalm menyelasaikan sistem
yang diinginkan. Dengan demikian akan menghasilkan sistem sesuai dengan jadwal waktu
penyelesaian yang telah ditentukan.

Kunci agar model prototype ini berhasil dengan baik adalah dengan mendefinisikan aturan-aturan main pada saat awal, yaitu pelanggan dan pengembang harus setuju bahwa prototype dibangun untuk mendefinisikan kebutuhan. Prototype akan dihilangkan sebagian atau seluruhnya dan perangkat lunak aktual aktual direkayasa dengan kualitas dan implementasi yang sudah ditentukan

Tahapan-tahapan Prototyping
Tahapan-tahapan dalam Prototyping adalah sebagai berikut:
1.  Pengumpulan kebutuhan
Pelanggan dan  pengembang bersama-sama mendefinisikan  format seluruh perangkat lunak, mengidentifikasikan semua kebutuhan, dan garis besar sistem yang akan dibuat.

2.  Membangun prototyping
Membangun prototyping dengan membuat perancangan sementara yang berfokus pada penyajian kepada pelanggan (misalnya dengan membuat input dan format output)